KOMPAS.com — Jakarta boleh "didapuk" sebagai nomor satu dunia oleh Knight Frank dalam hal pertumbuhan harga properti mewah. Pertumbuhan harganya sebesar 38,1 persen, jauh di atas kota-kota kelas dunia lainnya macam Miami, Hongkong, Singapura, London, Tokyo, bahkan New York. Namun demikian, Jakarta belum masuk dalam daftar kota dengan harga properti termahal, sebagaimana riset Global Property Guide berikut ini.
Posisi pertama ditempati Monako. Kota tempat penyelenggaraan Grand Prix ini mencatat harga properti tertinggi senilai Rp 499 juta atau nyaris setengah miliar rupiah per meter persegi. Monako merupakan incaran kalangan elite dunia karena menawarkan berbagai kemudahan investasi. Sebut saja ketiadaan pajak sewa properti, kebijakan pemerintah setempat yang sangat pro-pemilik lahan, pasarnya kuat, dan perekonomian yang beragam.
Tempat kedua adalah London. Ibu kota Inggris ini mengenakan ongkos transaksi properti sangat rendah dan pajak yang juga bersahabat. Itulah mengapa harga propertinya bisa melejit ke angka Rp 192,3 juta per meter persegi.
Hongkong berada di posisi ketiga dengan patokan harga Rp 181, 2 juta per meter persegi. Di kota pulau ini sistem transaksi sangat pro-pengembang, perekonomian kuat, dan ongkos transaksi yang dibebankan kepada konsumen dan pengembang juga rendah.
Begitu pula halnya dengan Paris. Kota paling romantis ini menawarkan iklim investasi yang ramah pasar. Pajak sewa yang efektif dan tawaran keuntungan (yield) imbal hasil yang tinggi adalah dua faktor utama yang mendorong harga propertinya selangit; Rp 169,5 juta per meter persegi.
Sementara kota jiran kita, Singapura, menawarkan harga properti senilai Rp 156,9 juta per meter persegi. Perekonomian yang kuat dan stabil serta pajak transaksi yang rendah memicu derasnya pembeli asing ke sini.
Posisi keenam ditempati Moskwa. Ini sedikit mengejutkan karena dipicu oleh percepatan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Harga propertinya melambung menjadi Rp 130,5 juta per meter persegi.
Disusul kemudian oleh Tokyo. Kota utama Jepang ini mencapai harga tertinggi Rp 130 juta per meter persegi. Tokyo menjadi pilihan karena kebijakan pro-tuan tanah, transaksi berbiaya rendah, kuatnya pasar sewa, serta stabilitas politik dalam jangka waktu panjang.
Berikutnya New York. Amerika hanya diwakili satu kota ini yang mampu mencatat harga hingga Rp 126 juta per meter persegi. Mengapa New York? Karena kota dunia ini menawarkan stabilitas ekonomi dan politik sama baiknya. Selain itu, tawaran pajak yang rendah untuk tidak dikatakan kompetitif.
Mumbai adalah kota kesembilan dengan harga properti termahal. Di sini kita harus merogoh kocek sebesar Rp 121,2 juta per meter persegi. Kota ini menawarkan imbal hasil yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Tempat terakhir diduduki Geneva. Kota di Swiss ini mematok harga Rp 112,4 juta per meter persegi untuk propertinya. Ekonomi dan politik yang stabil, cenderung adem ayem, serta pajak transaksi yang rendah memengaruhi tingkat pertumbuhan harga.
Bagaimana dengan Jakarta? Untuk bisa bersaing dengan kota-kota dunia ini, berbagai pengenaan pajak berganda serta ketidakpastian hukum kepemilikan properti harus segera dituntaskan. Kalau tidak, calon pembeli akan lari ke luar negeri.
0 komentar:
Posting Komentar